Tiga yang menjadi kegemaran Nabi Muhammad saw yaitu kaum perempuan, harum-haruman (aroma wangi) dan shalat. Hasrat dan dambaan laki-laki terhadap perempuan merupakan cerminan kerinduan dan kecintaan Tuhan kepada insan. Ketertarikan Nabi kepada perempuan simbol kecintaan kepada Tuhan. Essensi cintanya hanyalah untuk Tuhan (al-Haqq). Manakala laki-laki mencintai wanita, ia mencari penyatuan. Penyatuan itu terkonfigurasi dalam bentuk perkawinan yang diimplementasikan dalam bentuk buhungan seksual. Pada saat itu terjadi penyatuan rasa, karsa dan karya, sebagaimana ittishalnya manusia dengan Tuhan. Penyatuan manusia dalam jima’ (koitus) dengan demikian menjadi cermin penyatuan manusia dan Tuhan. Justru itu, sebelum berjima’ disuruh berlindung kepada Tuhan dari godaan syaithan agar terhindar dari gangguan yang memecah konsentrasi, sehingga terpusat kepada satu arah dan satu fokus yaitu Tuhan. Setelah jima’ diwajibkan mandi junub sebagai sarana mengembalikan penyatuan manusia dengan Tuhan. karena saat menyatu dengan istri, lelaki telah mengalihkan penyatuan universalnya dengan Tuhan. Manusia sempurna (insan Kamil) dalam pandangan sufisme adalah insan yang dapat mewujudkan penyatuan raga, ruh dan Tuhan dalam hubungan seksual yang harminos yang menghasilkan kenikmatan fisik dan kepuasan pisikis.