Mbaru Gendang sebagai Ruang Publik Menurut Jürgen Habermas dalam Menyelesaikan Persoalan Konflik Tanah di Manggarai

Vinsensius Rixnaldi Masut, Elfridus Cancang, FX Armada Riyanto

Abstract


This study aims to explain the function of the Mbaru Gendang as a public sphere in resolving land conflicts in Manggarai. The Mbaru Gendang as the traditional house of the Manggarai people has become a central place in every public policy making, including in resolving land conflicts. Manggarai people's awareness of the function of the Mbaru Gendang can be explored more deeply by using Jurgen Habermas' philosophy about public sphere. According to Habermas, a public sphere is not just there for locative information, but a condition that enables a joint discourse, openly and freely, for the sake of reaching a public decision. Thus, a public sphere is conditioning rational communication and dialogue through a discursive process. The methodology used in this study is qualitative phenomenological by conducting interviews with Manggarai traditional leaders. The results of the interviews are then elaborated with Habermas' philosophy about public sphere. The finding of this study is that the Mbaru Gendang has become a space for discourse in resolving land conflicts in Manggarai. This issue requires open and free rational communication and dialogue.

TRANSLATE with xEnglishArabicHebrewPolishBulgarianHindiPortugueseCatalanHmong DawRomanianChinese SimplifiedHungarianRussianChinese TraditionalIndonesianSlovakCzechItalianSlovenianDanishJapaneseSpanishDutchKlingonSwedishEnglishKoreanThaiEstonianLatvianTurkishFinnishLithuanianUkrainianFrenchMalayUrduGermanMalteseVietnameseGreekNorwegianWelshHaitian CreolePersian   TRANSLATE with COPY THE URL BELOW BackEMBED THE SNIPPET BELOW IN YOUR SITE Enable collaborative features and customize widget: Bing Webmaster PortalBack

Keywords


public sphere, Mbaru Gendang, discourse, land conflicts, dialogue.

Full Text:

PDF

References


Allerton, C. (2003). Authentic Housing, Authentic Culture? Transforming A Village Into A “Tourist Site” in Manggarai, Eastern Indonesia. Indonesia and the Malay World, 31(89), 119–128.

Anggara, S., & Pratama, H. S. (2019). Masyarakat Jejaring, Media Sosial, Dan Transformasi Ruang Publik: Refleksi Terhadap Fenomena Arab Spring Dan “Teman Ahok.” Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 9(3), 287. https://doi.org/10.17510/paradigma.v9i3.241

Candra, P. H. (2019). Kritik Feminisme Postkolonial Untuk Membongkar Kultur Patriarki Dalam Budaya Manggarai. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, 11(1), 1–10. http://www.ejournal.stkipsantupaulus.ac.id/index.php/jpkm/article/view/299

Fisher, S. (2000). Manajemen Konflik Keterampilan dan Strategi Untuk Bertindak. British Council.

Gampung, O. A. (2014). Konflik Tanah Di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur. Jurnal Politik Muda, 1–9.

Gaut, G. K., & Tapung, M. M. (2021). Model Lonto Lèok dalam Pembelajaran tentang Mbaru Gendang pada Muatan Lokal Seni Budaya Daerah Manggarai (Riset Desain Pembelajaran Muatan Lokal). EDUNET-The Journal of …, 1(1), 20–42. http://jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/je/article/view/718

Gedeona, H. T. (2006). Peranan Ruang Publik dalam Kehidupan Masyarakat Multikultural. Antropologi Sosial Budaya, 2(34), 33–43.

Habermas, J. (1989). The Structural Transformatin of the Public Sphere. 53, 160.

Habermas, J. (1996). Contributions to a Discourse Theory of Law and Democracy. In The New Social Theory Reader. https://doi.org/10.4324/9781003060963-4

Habur, A. M. (2016). MODEL “LONTO LEOK” DALAM KATEKESE KONTEKSTUALGEREJA LOKAL MANGGARAI. Pendidikan dan Kebudayaan Missio, 8(2), 217–226.

Hardiman, F. B. (2007). Filsafat Fragmentaris. Kanisius.

Heribertus Ran Kurniawan, & Frysa Wiriantari, S.T.,M.T. (2021). Tradisi Siri Bongkok Pada Rumah Adat Mbaru Gendang Di Desa Todo Kabupaten Manggarai - Ntt. Jurnal Anala, 7(2), 8–15. https://doi.org/10.46650/anala.7.2.1042.8-15

Jehamat, L., & Keha Si, P. (2018). Dinamika konflik sosial berakar tanah komunal di kabupaten manggarai flores. Sosio Konsepsia, 8(01), 45–59. https://doi.org/10.33007/ska.v8i1.1544

Kemenag NTT, A. (2013). Data Penduduk Katolik se-Provinsi NTT. Kementerian Agama. https://ntt.kemenag.go.id/artikel/16267/data-penduduk-katolik-se-provinsi-ntt.#

Koentjaraningrat. (2002). Bunga Rampai kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Gramedia Pustaka.

Legowo, W. K. (2016). Konflik dan Integrasi, Sebuah Kajian Awal: Kasus Kerusuhan Medan, April 1994. Paradigma, Jurnal Kajian Budaya, 3(1), 68. https://doi.org/10.17510/paradigma.v3i1.34

Lon, Y. S., & Widyawati, F. (2020). Adaptasi dan Transformasi Lagu Adat dalam Liturgi Gereja Katolik di Manggarai Flores. Jurnal Kawistara, 10(1), 17. https://doi.org/10.22146/kawistara.45244

Luji, D. S. (2020). Eksistensi Dan Pewarisan Budaya Tuku Dalam Masyarakat Pulau Ndao (Orang Ndao) Kabupaten Rote Ndao Ntt. Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 10(3), 311. https://doi.org/10.17510/paradigma.v10i3.400

Mariabeth, E. (1999). The Manggaraians: A Guide to Traditional Lifestyle. Time Tubang Press.

Masut, V. R., & Cancang, E. (2021). Penghayatan Umat Paroki St. Antonius Padua Pasuruanatas Makna ParokimenurutKHK 515. Jurnal Teologi Praktika, 2(1), 78–91.

Mendra, I. W., & Wiriantari, F. (2016). Perubahan Spasial Permukiman Tradisional di Desa Adat Tenganan Pegringsingan Bali. Jurnal Anala, 1(15), 73–97. https://scholar.google.com/citations

Nggoro, A. M. (2013). Budaya Manggarai Selayang Pandang. Nusa Indah.

Pandor, P. (2013). Dimensi Simbolik Seni Rupa Mbaru Gendang dalam Terang Estetika Susanne K. Langer. Seri Filsafat & Teologi, 23(22), 184–207.

Patarai, M. I. (2020). Kebijakan Publik Daerah Posisi dan Dimensinya dalam Perspektif Desentralisasi Kebijakan. De La Macca.

Prasetyo, A. (2012). Menuju Demokrasi Rasional: Melacak Pemikiran Jürgen Habermas Tentang Ruang Publik. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 16(2), 169–185.

Raru, G. (2016). Tuturan Ritual Hambor Haju Pada Masyarakat Manggarai Sebuah Kajian Linguistik Kebudayaan. Paradigma, Jurnal Kajian Budaya, 6(1), 28. https://doi.org/10.17510/paradigma.v6i1.79

Riyanto, A. (2013). Menjadi Mencintai, Berfilsafat Teologis Sehari-hari. Kanisius.

Riyanto, A. (2015). Kearifan Lokal-Pancasila Butir-Butir Filsafat “Keindonesiaan.” In A. Riyanto, J. Ohoitimur, C. B. Mulyatno, & O. G. Madung (Ed.), Kearifan Lokal Pancasila-Butir-Butir Filsafat Keindonesiaan (hal. 13–42). Kanisius.

Riyanto, A. (2018). Relalsionalitas, Filsafat Fondasi Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen. Kanisius.

Riyanto, A. (2020). Metodologi, Pemantik & Anatomi Riset Filosofis Teologis. Widya Sasana Publication.

Supartiningsih. (2007). Ektika Diskursus Bagi Masyarakat Multikultural: Sebuah Analisis dalam Perspektif Pemikiran Jürgen Habermas. Jurnal Filsafat, 17, 32–59.

Supriadi, Y. (2017). Relasi Ruang Publik Dan Pers Menurut Habermas. Jurnal Kajian Jurnalisme, 1(1), 1–20. https://doi.org/10.24198/kj.v1i1.12228

Suseno, F. M. (2004a). 75 Tahun Jürgen Habermas. BASIS “Edisi 75 Tahun Jürgen Habermas”, edisi November-Desember, Nomor 11-12, tahun ke-53, 21.

Suseno, F. M. (2004b). Etika Politik Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Gramedia Pustaka.

Suseno, F. M. (2006). Etika Abad ke-20. Kanisius.

Usman, R. (2001). Konflik dalam Perspektif Komunikasi : Suatu Tinjauan Teoritis. Mediator, 2(1), 31–41.




DOI: http://dx.doi.org/10.24014/sb.v20i2.22490

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Published by:

Center for Research and Community Development

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Jl. H. R. Soebrantas KM 15,5 ,Tuah Madani, Tampan,

Pekanbaru, Riau 28293

Indexed By:

 

     

      

Statistik Pengunjung