Siasat Kebudayaan: “Sainak” dalam Relasi Manusia-Alam di Sarereiket Kepulauan Mentawai

Ade Irwandi, Maskota Delfi

Abstract


Hubungan antara orang Mentawai dan hewan sudah berlangsung sejak lama. Salah satuya hewan babi. Babi bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan makanan, tetapi berkaitan dengan kebutuhan sosial budaya orang Mentawai. Melalui hubungan itu, tercipta suatu siasat yang dijalankan oleh orang Mentawai di Sarerreiket untuk mempertahankan kehidupan mereka. Sehingga babi menjadi penting dalam siklus budaya itu. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi terfokus dengan memusatkan perhatian pada ruang lingkup basis budaya orang Sarereiket di Siberut Selatan, Mentawai. Pengumpulan data melalui teknik wawancara mendalam, observasi serta menganalisisnya secara emik dan etik. Hasilnya menunjukkan bahwa babi memang merupakan hewan paling penting dan menjadi wadah dalam setiap upacara adat yang dilakukan oleh orang Sarereiket. Upacara adat yang dilakukan berupa ritus leingkaran kehidupan (punen), ritus penyeimbang (puliaijat) dan ritus biasa (lia) yang tujuannya menciptakan keseimbangan dan mengembalikan keseimbangan jika terganggu akibat ulah manusia. relasi manusia (orang Mentawai) dengan alam harus dilakukan melalui ritual adat tersebut, dengan memakai perantara babi sebagai hewan yang memiliki kedudukan tinggi bagi roh Penguasa. Semua hubungan manusia dan alam melalui ritual tersebut, diatur berdasarkan kepercayaan Arat Sabulungan.

TRANSLATE with xEnglishArabicHebrewPolishBulgarianHindiPortugueseCatalanHmong DawRomanianChinese SimplifiedHungarianRussianChinese TraditionalIndonesianSlovakCzechItalianSlovenianDanishJapaneseSpanishDutchKlingonSwedishEnglishKoreanThaiEstonianLatvianTurkishFinnishLithuanianUkrainianFrenchMalayUrduGermanMalteseVietnameseGreekNorwegianWelshHaitian CreolePersian   TRANSLATE with COPY THE URL BELOW BackEMBED THE SNIPPET BELOW IN YOUR SITE Enable collaborative features and customize widget: Bing Webmaster PortalBack

Keywords


Babi; Mentawai; Sarereiket; Siasat Kebudayaan

Full Text:

PDF

References


Coronese, S. (1986). Kebudayaan Suku Mentawai. Grafidian Jaya.

Creswell, W. J. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih diantara Lima Pendekatan. Pustaka Pelajar.

Delfi, M. (2005). Dari desa ke Laggai: Resistensi dan identitas orang Mentawai di Muntei, Siberut Selatan, Sumatera Barat [Gadjah Mada]. http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/27616

Delfi, M. (2012). SIPUISILAM DALAM SELIMUT ARAT SABULUNGAN PENGANUT ISLAM MENTAWAI DI SIBERUT. Jurnal Al- Ulum, 12(1), 1–34.

Delfi, M. (2013). Islam and Arat Sabulungan in Mentawai. Al-Jami’ah, 51(2). https://doi.org/10.14421/ajis.2013.512.475-499

Febrianto, A., & Erda, F. (2012). Orang Mentawai: Peladang Tradisional dan Ekonomi Pasar. Ilomonus, XI(2), 119–133.

Geertz, C. (1992). Tafsir Kebudayaan. Kanisius.

Harris, M. (2019). Sapi, Babi, Perang dan Tukang Sihir: Menjawab Teka-Teki Kebudayaan. Marjin Kiri.

Hosey, G., & Melfi, V. (2014). Human-Animal Interactions, Relationships and Bonds: A Review and Analysis of the Literature. International Journal of Comparative Psychology, 27(1), 117–142. https://doi.org/10.46867/ijcp.2014.27.01.01.

Ingold, T. (1988). What is An Animal? Routledge.

Ingold, T. (2000). The Perception of the Environment Essays on Livelihood, Dwelling and Skill. Routledge.

Irwandi, A., Delfi, M., & Nurti, Y. (2022). Ute’ Sainak: Relasi Babi Dengan Orang Mentawai di Rereiket Siberuit Selatan. JIUBJ: Jurnal Ilmiah Universiotas Batanghari Jambi, 22(3), 1961–1971. https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i3.2843

Kahn, J. S. (2016). Kultur, Multikultur, Postkultur Keragaman Budaya dan Imperialisme Kapitalisme Global. INDeS (Institute of Nation Development Studies).

Kasman, S. (2015). Babi: Ternak Kesayangan Orang Mentawai. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 17(1), 87–95.

Loeb, E. M. (1973). A Mentawai Religious Cult. American Archaeology and Ethnology, 25(2), 185–247.

Mardanas, I. (1992). Adat dan Upacara Perkawinan Mentawai. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Jakarta.

Maunati, Y. (2004). Identitas Dayak: Komodifikasi & Politik Kebudayaan. Lkis.

Rappaport, A. R. (1984). Pigs for the Ancestors Ritual in a Ecology of a New Guinea People. Yale University Press.

Rudito, B., & Sunarseh. (2013). Masyarakat dan Kebudayaan Orang Mentawai. UPTD Museum Nagari.

Saifuddin, A. F. (2005). Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Kencana.

Schefold, R. (1991). Mainan Bagi Roh: Kebudayaan Mentawai. Balai Pustaka.

Sihombing, H. (1979). Mentawai. Pradnya Paramita.

Spina, B. (1981). Mitos dan Legenda Suku Mentawai. Balai Pustaka.

Spradley, P. J. (2006). Metode Etnografi. Tiara Wacana.

Tulius, J. (2012). Family Stories: Oral Tradition, Memories of the Past, and Contemporary Conflicts over Land in Mentawai-Indonesia [Disertation]. Universiteit Leiden.

Tulius, J., & Burman-Hall, L. (2022). Primates and Birds of Sabulungan Roles of Animal in Sculptures, Shamanic Songs and Dances, and the Belief System of Traditional Mentawaians. Wacana, 23(2), 451–490. https://doi.org/10.17510/wacana.v23i2.1090

Valeri, V. (2000). The Forest of Taboos: Morality, Hunting, And Identity Among the Huaulu of the Moluccas. The University of Wisconsin Press.




DOI: http://dx.doi.org/10.24014/sb.v19i2.19349

Refbacks



Published by:

Center for Research and Community Development

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Jl. H. R. Soebrantas KM 15,5 ,Tuah Madani, Tampan,

Pekanbaru, Riau 28293

Indexed By:

 

     

      

Statistik Pengunjung